PROSES INTERAKSI
YANG TERJADI DI MASYARAKAT
YOGYAKARTA
Nama : BAYU ADY WIJAYA
NPM : 2012610001
Mata Kuliah : PENGANTAR SOSIOLOGI
Dosen Pengasuh : Isabella, S.IP



UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
FAKULTAS ILMU PEMERINTAHAN DAN BUDAYA
JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN
TAHUN : 2012
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini
Kebudayaan Daerah yang kita miliki sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia
hampir punah dan lenyap dari muka bumi ini. Hampir semua masyarakat dalam
seluruh lapisan semakin lupa akan keberadaan kebudayaan Daerah. Hal itu
disebabkan oleh pengaruh budaya asing yang notabene datang dari western
countries yang jauh dari budaya-budaya Negara timur seperti kita,
Indonesia.
Budaya barat
yang dianggap modern oleh kalangan muda-mudi Indonesia telah melumpuhkan jiwa
patriotisme dan nasionalisme bangsa Indonesia. Sebagai contoh yang sederhana,
remaja Indonesia saat ini lebih suka makan makanan seperti pizza, donut dan
lain-lain. Mereka menganggap makanan daerah seperti thiwul, gaplek, gatot
ataupun gethuk sebagai makanan yang super jadul yang hanya pantas dimakan oleh
nenek-nenek berumur 70 tahun.
Dalam keadaan
seperti itulah Keraton Yogyakarta mampu menunjukkan keeksistensiannya dalam
menjaga budaya-budaya leluhur dengan keaslian bangunannya yang kental dengan
nuansa jawa. Dengan adanya Keraton Yogyakarta budaya bangsa yang bersemboyan
Bhineka Tunggal Ika ini dapat lestari dan akhinya tetap dapat dinikmati oleh
anak cucu kita. Sebagai orang jawa kita harus mampu memperdalam wawasan
kebudayaan Jawa sekaligus merawatnya hingga dapat memperkaya Kebudayaan Daerah
bahkan Kebudayaan Nasional.
Rumusan Masalah
Dari latar
belakang masalah tersebut dapat kita rumusan beberapa masalah yaitu:
1.
Bagaimana
Sejarah Keraton Yogyakarta serta peran nya dalam melestarikan budaya jawa?
2.
Bagaiman cara pemerintah Yogyakarta
dalam membangun desa wisata ?
Tujuan
1.
Memperdalam wawasan tentang Keraton yogyakarta.
2. Memperdalam
wawasan tentang kebudayaan jawa serta mengembangkan rasa cinta terhadap budaya
bangsa indonesia.
3.
Memperdalam wawasan kepariwisataan Daerah Istimewa Yogyakarta.
METODE PENULISAN
A. Teknik Penulisan
Dalam
menyampaikan gagasan-gagasan tulisan ini merujuk
pada teknik library riset, studi literatur atau riset perpustakaan.
Dimana penulis membaca buku bacaan yang diperoleh dari perpustakan, buku-buku
yang berkaitan dengan Keraton Yogyakarta dan tulisan- tulisan koleksi pribadi,
media massa seperti koran dan majalah. Selain itu penulis juga banyak mendapatkan informasi melalui
artikel-artikel di internet.
.
B. Sumber Data
Untuk
membuat suatu rangkaian hingga menjadi
sebuah tulisan, kami menggunakan data agregat yang dimaksud adalah data
yang telah diolah orang lain, misalnya dari hasil-hasil penelitian yang telah
dipublikasikan dalam bentuk buku,
jurnal-jurnal ilmiah, artikel, dan lain sebagainya.
Sementara
itu penulis juga menggunakan jenis data sekunder, yaitu data yang dikutip dari berbagai sumber lain sehingga
bersifat tidak otentik lagi. Dimana data tersebut berasal dari tangan
kedua, ketiga, dan seterusnya. Data agregat termasuk dalam data ini.
C. Tehnik Analisis
Data
Analisis
data adalah pengelolaan data sehingga siap
dipresentasikan. Dalam gagasan
tulis ini, proses analisis dimulai dengan menelaah informasi atau data yang
sudah diperoleh dari berbagai literatur
yang tersedia. Setelah dibaca, ditelaah, dan dipelajari
keseluruhan informasi, data dirangkum dalam bentuk kategori sesuai dengan jumlah masalah dan tujuan
dari penyusunan karya tulis ini.
PENGERTIAN
INTERAKSI SOSIAL MENURUT PARA AHLI
Berikut ini adala pengertian dan definisi interaksi
sosial menurut para ahli:
1.
ASTRID. S. SUSANTO
Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang
menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur
sosial. Hasil interaksi sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta
interpretasi yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi ini.
2.
BONNER
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua
individu atau lebih yang saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki
kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
3.
KIMBALL YOUNG & RAYMOND W. MACK
Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis
dan menyangkut hubungan antar individu, antara individu dengan kelompok, maupun
antara kelompok dengan kelompok lainnya.
4.
SOERJONO SOEKANTO
Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang
terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan
antarindividu, antarkelompok, atau antara individu dan kelompok.
5.
MARYATI & SURYAWATI
Interaksi sosial adalah kontak aau hubungan timbal
balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar
individu dan kelompok.
6.
MURDIYATMOKO & HANDAYANI
Interaksi sosial adalh hubungan
antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang
menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur
sosial.
7.
GILLIN & GILLIN
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan
sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok
manusia.
CONTOH
PENERAPAN INTERAKSI SOSIAL
Sebagai
contoh, kita lihat dari sisi pariwisatanya bagaimana cara pemerintahnya dalam
merencanakan sebuah desa wisata di Yogyakarta yang nantinya bisa menjadi tempat
interaksi antara penduduk setempat dengan pemerintah. Serta contoh
lain yang diambil ialah Peran Keraton Yogya Dalam Masyarakat.
DESA WISATA
A.
Komponen Utama Desa Wisata
Terdapat dua
konsep yang utama dalam komponen desa wisata :
1. Akomodasi :
sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang
berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk.
2. Atraksi : seluruh kehidupan keseharian
penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan
berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti : kursus
tari, bahasa dan
lain-lain yang spesifik.
B.
Pendekatan Pengembangan Desa Wisata
Pengembangan dari desa wisata harus
direncanakan secara hati-hati agar dampak yang timbul dapat dikontrol.
Berdasarkan dari penelitian dan studi-studi dari UNDP/WTO dan beberapa
konsultan Indonesia, dicapai dua pendekatan dalam menyusun rangka kerja/konsep
kerja dari pengembangan sebuah desa menjadi desa wisata.
C.
Pendekatan Pasar untuk Pengembangan
Desa Wisata
·
Interaksi tidak langsung
Model
pengembangan didekati dengan cara bahwa desa mendapat manfaat tanpa interaksi
langsung dengan wisatawan. Bentuk kegiatan yang terjadi semisal :
penulisan buku-buku tentang desa yang berkembang, kehidupan desa, seni dan
budaya lokal, arsitektur tradisional, latar belakang sejarah, pembuatan kartu
pos dan sebagainya.
·
Interaksi
setengah langsung

Bentuk-bentuk
one day trip yang dilakukan oleh wisatawan, kegiatan-kegiatan meliputi makan
dan berkegiatan bersama penduduk dan kemudian wisatawan dapat kembali ke tempat
akomodasinya. Prinsip model tipe ini adalah bahwa wisatawan hanya singgah dan
tidak tinggal bersama dengan penduduk.
·
Interaksi Langsung
Wisatawan
dimungkinkan untuk tinggal/bermalam dalam akomodasi yang dimiliki oleh desa
tersebut. Dampak yang terjadi dapat dikontrol dengan berbagai pertimbangan
yaitu daya dukung dan potensi masyarakat setempat. Alternatif lain dari model
ini adalah penggabungan dari model pertama dan kedua.
·
Kriteria Desa Wisata
Pada pendekatan
ini diperlukan beberapa kriteria yaitu :
Ø
Atraksi wisata ; yaitu semua yang
mencakup alam, budaya dan hasil ciptaan manusia. Atraksi yang
dipilih adalah yang paling menarik dan atraktif di desa.
Ø
Jarak Tempuh; adalah jarak tempuh
dari kawasan wisata terutama tempat tinggal wisatawan dan juga jarak tempuh
dari ibukotaprovinsi dan jarak
dari ibukota kabupaten.
Ø
Besaran Desa; menyangkut masalah-masalah jumlah
rumah, jumlah penduduk, karakteristik dan luas wilayah desa.
Kriteria ini berkaitan dengan daya dukung kepariwisataan pada suatu desa.
Ø
Sistem Kepercayaan dan kemasyarakatan; merupakan aspek penting mengingat
adanya aturan-aturan yang khusus pada komunitas sebuah desa. Perlu
dipertimbangkan adalah agama yang
menjadi mayoritas dan sistem kemasyarakatan yang ada.
Ø
Ketersediaan infrastruktur; meliputi
fasilitas dan pelayanan transportasi, fasilitas listrik, air bersih, drainase,
telepon dan sebagainya.
Masing-masing
kriteria digunakan untuk melihat karakteristik utama suatu desa untuk kemudian
menetukan apakah suatu desa akan menjadi desa dengan tipe berhenti sejenak,
tipe one day trip atau tipe tinggal inap.
D.
Tipe Desa Wisata
Menurut pola,
proses dan tipe pengelolanya desa atau kampung wisata di Indonesia sendiri,
terbagi dalam dua bentuk yaitu tipe terstruktur dan tipe terbuka.
Tipe terstruktur (enclave)
Tipe terstruktur ditandai dengan karakter-karakter
sebagai berikut :
1.
Lahan terbatas yang dilengkapi
dengan infrastruktur yang spesifik untuk kawasan tersebut. Tipe ini mempunyai
kelebihan dalam citra yang ditumbuhkannya sehingga mampu menembus pasar
internasional.
2.
Lokasi pada umumnya terpisah dari
masyarakat atau penduduk lokal, sehingga dampak negatif yang ditimbulkannya
diharapkan terkontrol. Selain itu pencemaran sosial budaya yang ditimbulkan
akan terdeteksi sejak dini.
3.
Lahan tidak terlalu besar dan masih
dalam tingkat kemampuan perencanaan yang integratif dan terkoordinasi, sehingga
diharapkan akan tampil menjadi semacam agen untuk mendapatkan dana-dana
internasional sebagai unsur utama untuk “menangkap” servis-servis dari
hotel-hotel berbintang lima.
Contoh dari kawasan atau perkampungan
wisata jenis ini adalah kawasan Nusa Dua, Bali dan beberapa kawasan wisata di Lombok. Pedesaan tersebut diakui sebagai
suatu pendekatan yang tidak saja berhasil secara nasional, melainkan juga pada
tingkatinternasional. Pemerintah Indonesia mengharapkan
beberapa tempat di Indonesia yang tepat dapat dirancang dengan konsep yang serupa.
Tipe Terbuka (spontaneus)
Tipe ini
ditandai dengan karakter-karakter yaitu tumbuh menyatunya kawasan dengan
struktur kehidupan, baik ruang maupun pola dengan masyarakat lokal. Distribusi
pendapatan yang didapat dari wisatawan dapat langsung dinikmati oleh penduduk
lokal, akan tetapi dampak negatifnya cepat menjalar menjadi satu ke dalam penduduk
lokal, sehingga sulit dikendalikan. Contoh dari tipe perkampungan wisata jenis
ini adalah kawasan Prawirotaman, Yogyakarta.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat diartikan
sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud
dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara
kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan
individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan
sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang
menggunakannya.
PERAN KERATON YOGYAKARTA
DALAM MELESTARIKAN BUDAYA
JAWA
Sejarah keraton dan Peran dalam
melestarikan budaya jawa
Keraton adalah
tempat bersemayamnya ratu-ratu. Berasal dari kata-kata ka + ratu + an. Keraton
juga disebut kedaton yang berasal dari kata-kata ka + datu + an yaitu tempat
datu-datu atau ratu-ratu, dalam Bahasa Indonesia berarti istana. Jadi keraton
ialah sebuah istana yang mengandung arti keagamaan, arti filsafat dan arti
kebudayaan.
Keraton
Yogyakarta yang tidak hanya melaksanakan fungsinya sebagai wahana pelestarian
budaya juga melakukan interaksi terhadap masyarakat sebagai wujud rasa sosial
yang tinggi, mengingat bahwa Keraton Yogyakarta merupakan kediaman gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwana X. Contoh nyatanya adalah
hal- hal yang terjadi belum lama ini, bahwa 40 ribuan warga melakukan pisowanan
ageng ke Keraton Yogyakarta. Menurut Gregorius Sahdan, pisowanan ageng ini
merupakan tradisi baru dalam konteks hubungan kawula lan gusti di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Dari semua ini terlihat jelas bahwa Keraton Yogyakarta
melaksanakan peran sosialnya.
Sedangkan
nilai-nilai budaya Keraton dapat dilihat dengan melihat ritual semedi. Dimana
Keraton meyakini bahwa siapa yang sedang bersemedi maka ia selalu berada dalam
keagungan Tuhan YME. Di dalam ritual ini, orang yang bersemedi akan menghadapi
berbagai rintangan. Keraton Yogyakarta melakukan upacara ritual tiap tahunnya
yang dikenal dengan nama upacara grebeg. Grebeg adalah upacara keagamaan yang
dilakukan 3 kali dalam setahun. Bertepatan pada lahinya Nabi Muhammad SAW
(grebeg Maulud), hari raya idul fitri (grebeg Syawal) dan pada hari raya idul
adha (grebeg Besar).pada hari itu, Sri Sultan berkenan memberi sedekah berupa
gunungan-gunungan berisikan makanan dan lain- lain kepada rakyat.
Keraton
Yogyakarta sering menggelar seni pertunjukan. Acara ini menjadi ritual
fungsional dari istana. Di antaranya, adalah pertunjukan Tari Bedoyo yang
disucikan, pertunjukan wayang kulit, wayang wong dan lain-lain. Gambaran dari
wayang wong adalah suatu drama tarian berdasarkan cerita Mahabharata dan
Ramayana. Pada zaman dahulu, wayang ini hanya ditarikan di Keraton atau di
tempat tinggal para ningrat. Hanya orang yang khusus yang dapat membawakan
drama tari ini. Drama ini hanya ditarikan pada acara khusus seperti pada ulang
tahun raja atau pangeran, peringatan penobatan raja, atau pada penyambutan tamu
agung.

Keraton
Yogyakarta sarat dengan nilai estetis atau keindahan budaya Jawanya yang khas.
Di samping sebagai pusat budaya Jawa, Keraton Yogyakarta juga menjadi daya
tarik tersendiri bagi para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan
asing. Banyak sekali turis asing yang datang ke Keraton Yogyakarta mengingat
bahwa Yogyakarta merupakan salah satu kota bersejarah di Indonesia dan tempat
kediaman gubernurnya ada di Keraton Yogyakarta.
Keraton
Yogyakarta sebagai pusat budaya Jawa dan sekaligus sebagai Cultural Tourist
Object, dihadapkan pada tantangan yang semakin berat dan kompleks. Untuk itu,
perbaikan dan pembenahan mutlak dilakukan supaya eksistensi sebagai pusat
aktivitas, pengabdian, dan pengembangan budaya Jawa tetap terjaga. Salah satu
pembenahan yang dilakukan Keraton adalah penataan internal menyangkut
sumberdaya manusia. Pembenahan ini sebenarnya sudah dilakukan sejak lama yaitu
pada saat Peringatan Naik Tahta ke-12 dan sampai sekarang masih tetap
dilakukan. Semua itu dilakukan agar Keraton dapat memikat hati siapapun yang
melihatnya dengan berbagai keindahan yang dimilikinya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keraton
Yogyakarta dengan segala kekhasan budaya Jawanya, disamping bermakna tempat
bersemayamnya roh-roh, juga memiliki arti simbolik di setiap bangunannya.
Keraton Yogyakarta yang telah berganti pemimpinnya mulai dari Sri Sultan
Hambengkubuwono I sampai X, memiliki sejarah yang cukup panjang
yang perlu kita kaji dan pelajari. Keraton Yogyakarta yang luas memiliki banyak
bangunan. Terdapat banyak bangsal, regol, plengkung, gedung dan yang lainnya
mempunyai fungsi sendiri-sendiri dari dulu sampai sekarang. Keraton Yogyakarta
memberi andil besar dalam upaya pelestarian budaya Jawa, yang tidak hanya
melakukan peran budaya tetapi juga peran sosial lewat interaksi dengan
masyarakat. Keraton Yogyakarta merupakan objek wisata yang harus kita pelihara
dan kita tingkatkan potensimya. Di antaranya dengan perbaikan dan pembenahan.
B.
Kritik.
Dengan segala potensi yang dimiliki oleh
Yogyakarta terutama dibidang pariwisata, dan sebaiknya bidang pariwisata
tersebut harus lebih di kembangkan lagi karena hal tersebut bisa mendatangkan
keuntungan yang lebih bagi masyarakat sekitar. Terutama dengan adanya desa
wisata. Dan harapannya kedepan bagi para generasi muda khusunya bisa menjaga
warisan budaya yang ada di negara kita.
Dengan di adakannya ritual Grebek,
juga diharapkan kepada Gubernur Yogya sekiranya jika melakukan acara grebek
lagi, mungkin jika terdapat gunungan lagi, sebaiknya dibagiakn secara teratur. Jangan
sampai dengan adanya acara grebek tadi bisa menjadi petaka bagi masyarakat
Yogya sendiri.
C. Saran.
1. Diharapkan Keraton Yogyakarta tetap dapat eksis
bahkan meningkat dalam hal kelanggengan kebudayaan Jawa serta potensi wisata
yang dimilikinya.
2. Diharapkan pembaca dapat terus
mengupas serta mengkaji nilai-nilai yang terkandung dalam Keraton Yogyakarta,
karena laporan ini hanyalah setetes dari pengetahuan yang dapat dikaji.
D. Masukan
Dengan
begittu beragam dan segala keramahan yang dimiliki oleh warga Yogyakarta,
sepertinya tidak ada lagi yang harus diberi masukkan. Karena Yogyakarta
merupakan kota dengan beribu potensi yang dimiliki.
DAFTAR PUTAKA
Buku-buku :
Brongtodiningrat,
K.P.H. 1978. Arti Kraton Yogyakarta. Yogyakarta : Museum
Keraton
Yogyakarta.
Hakim, M.
Arifin. 2001. Ilmu Budaya Dasar. Bandung : Pustaka Satya.
Puspitosari,
Anik dkk. 2007. Pisowanan Ageng Tak Bisa Goyahkan Sabda Raja.
Yogyakarta : PT
BP Kedaulatan Rakyat.
San. 2007.
Kraton Yogya lakukan Pembenahan. Yogyakarta : PT BP Kedaulatan
Rakyat.
Siti Chamamah Soeratno, dkk.,
Khasanah Budaya Kraton Yogyakarta II, Yogyakarta: Yayasan Kebudayaan Islam
Indonesia & IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001.
Internet :